Rabu, 11 November 2015

SATE UGAL-UGALAN KULINER DI DAERAH JAKARTA TIMUR

porsine ugal ugalan tenan toh paaakkk … jan puas tenan mangane sampe klempoken. Mengerti tidak bahasa saya???? Hahahaaa intinya nih ya, “Aduh bapaaakkkkk … porsinya itu loohhhhhh … mak gedubrag!!!”

Baru kali ini saya makan sate dengan potongan daging segede gaban gini. BENER BENER GEDE pake garis bawah. Suami yang biasa makan sate 15 tusuk aja, kali ini ngabisin 1 porsi berisi 10 tusuk doang sampe ampun ampun. Apalagi saya … hadeuh … cukup 5 tusuk saja dan 5 tusuk berikutnya dibungkuuusssss … di rumah dimasak lagi jadi nasgor kambing kebon sirih (hahaha modus nasgor dimasak pake bumbu rendang – rasanya mirip banget sama nasgor kebon sirih).

Luar biasa memang sate pak H.Giyo ini. Potongan sate yang gemuk ini, ternyata sebanding dengan jumlah pengunjung yang membludak. Jadi kalau jam makan siang dan sedang terburu buru, mending jangan makan disini. Bisa bisa bukan jadi langganan malah jadi musuh hohohooo .. soalnya rameeee banget. Bisa bisa pesanan baru datang sejam kemudian.

Mending datangnya seperti saya gini, jam 4 sore hahaha… kami ini sendiri kesini tak sengaja. Lagi perjalanan pulang dari daerah pondok bambu ke pondok ranggon, tiba tiba suami ngeliat, “Eeeehh itu ada sate kambing”, bet seeettt langsung mundur mobilnya dan masuklah kita dengan terbengong bengong. “Lantai dan mejanya kotor, ada beberapa tissue tampak berserakan – hmmm tipikal resto rame nih – xixixixiiiii kayak resto di singapur yang saking ramenya sampe pegawenya ga sempet beresin meja kursi dan lantai”.

Bayangin aja, dalam sehari warung sate ini membutuhkan 15 ekor kambing. Bahkan pada hari hari ramai, bisa mencapai 20 ekor. Wuiihhhh kebayangkan ramenya warung ini. Dan untuk membayangkan betapa besarnya potongan dagingnya, 1 ekor kambing usia 1,5 tahun hanya jadi 200 tusuk sate saja. Wah wah wah… kalau sate lainnya bisa jadi 400 – 500 tusuk. Jadi porsinya ini bener bener double. Tapi biar gede banget, harganya menurut aku murah, 10 tusuk cuma 40.ooo IDR. Dimana 10 tusuk ini bisa buat 2 orang.

Tanpa babibu kami memesan 1 orang 1 porsi + 1 porsi tongseng. Begitu datang pingsan lah kami karena ternyata porsinya ugal ugalan seperti saya bilang tadi. Hahhaa … oyaaa 1 tips nih kalau makan disini. Selain jangan datang saat jam makan, juga pesanlah sate dalam kategori setengah matang. Disini kami memesan 1 matang dan 1 porsi lainnya setengah matang. Yang matang dagingnya terasa agak keras (meski tetap enak) dan yang setengah matang dagingnya empuuukkk (enaknya dahsyat).

Gumpalan daging yang gendut itu, memenuhi seluruh mulut dengan rasa gurih lemak yang bercampur manisnya oplosan 3 macam kecap. (jiaaahh saya sampe tau kalau kecapnya dioplos dengan 3 merek kecap hahahaa…. ternyata ketika saya mau pulang, pak Haji Giyo nya keluar. Dan saya pun bertanya soal kecapnya yang berbeda dengan kecap sate lainnya. Ternyata kecapnya dioplos dengan Kecap Nasional, Kecap Gandaria dan Kecap Maya). Hm … slruuuppp pantes beda. Ada racikannya.

Sekalian nanya nanya, ternyata warung yang sangat luas ini (menurut perkiraan saya bisa menampung 100an orang lebih), dulunya bermula dari dagang gerobak. Pak H. Giyo bercerita jika pada tahun 80an, dia mulai berjualan sate dengan gerobak. Lalu pada tahun 90an ia mulai mencoba menetap dan akhirnya treeenggg teng teng teenggg … sekarang warungnya gedeeee banget..

-------------------------------------------------------------
Nama Warung : Warung Sate H. Giyo

Alamat : Jl. Panjaitan no 42 Cipinang Besar Selatan – Jakarta Timur

No Telp : 0817 490 5394 – 8193423

Harga Sate Per porsi : 40.ooo IDR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar